PELETAKAN BATU PERTAMA PEMBAGUNAN PETILASAN PRABU DI KOMPLEK OBWIS WISATA ALAM PRABU (WAP), DESA TIRTOMOYO KECAMATAN PONCOWARNO
PELETAKAN BATU PERTAMA PEMBAGUNAN PETILASAN PRABU DI KOMPLEK OBWIS WISATA ALAM PRABU (WAP), DESA TIRTOMOYO KECAMATAN PONCOWARNO
Pelaksanaan pembagunan Makam Petilasan Prabu yang berada satu kawasan dengan Obwis Wisata Alam Prabu (WAP), tepatnya berada di Desa Tirtomoyo, Kecamatan Poncowarno ini dimulai Jum’at pagi (03/07/2020). Peletakan batu pertama, dilakukan oleh Pemuka adat setempat, yaitu Kepala desa Tirtomoyo yang sekarang menjabat (Najam), diikuti oleh Para Perangkat Desa, Pemuka Agama, Tokoh masyarakat dan Pengelola Obwis WAP.
Obyek Wisata (Obwis) Wisata Alam Prabu (WAP) ini merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen. WAP Tirtomoyo tergolong Obwis dengan menawarkan Destinasi wisata dengan keindahan Alamnya. Terletak di kawasan pegunungan Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen, selain menyuguhkan spot, view untuk berfoto selfie. Tempatnya sangat indah dan asri, cocok untuk wisata alam keluarga maupun kawula muda. Utamanya baik untuk melepas penat dari segala aktivitas kerja dengan menikmati keindahan alam pegunungan serta bisa memberikan pembelajaran bagi masyarakat untuk mencintai, merawat dan melestarikan hutan beserta peninggalan/petilasan yang kebetulan berada di dalam area/kawasan Obwis WAP tersebut.
Sekelumit legenda keberadaan petilasan makam Prabu ini, ada berkait dengan sejarah hasil Njungkung (mujahadah) dari seorang yang sakti dan bijaksana, bernama Mbah Ketuwon (Rantansari) dikenal sebagai Joko Prabu. Konon ceritanya, beliau adalah salah seorang cucu dari keturunan Kerajaan Mataram. Pada suatu ketika, beliau memohon petunjuk kepada Sang Hyang Widi, melakukan Njungkung guna mendapat petunjuk-Nya agar kehidupannya senantiasa mendapatkan keberkahan dan ketenangan.
Semula Dusun ini diberinama Desa Ketuwon, kemudian atas firasat dari Mujahadah, desa ini diganti dengan nama Desa Tirtomoyo. Asal kata Tirtomoyo, Tirto berarti banyu, dan Moyo berarti kemakmuran. Karena desa ini terletak di lereng tangkuban, dimana ditengah-tengahnya ada gunung yang berbatu dan mengeluarkan mata air yang jernih dan bersih.
Pembangunan petilasan Prabu, dimaksudkan sebagai upaya menyelamatkan, menjaga dan melestarikan peninggalan nilai-nilai luhur budaya, adat-istiadat dan tradisi lokal. Disamping mengurangi pengaruh negatif terhadap budaya asing yang hingga saat ini yang melanda diberbagai aspek kehidupan.
Selanjutnya sebagai rangkaian peletakan batu pertama, sebelumnya dilakukan do’a bersama dan menikmati makan “Tumpeng Kuat” bersama. Dimana Tumpeng Kuat lengkap dengan pernak-pernik sesaji tersebut, sebagai simbol/sarono permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar pembangunannya diberikan keberkahan, kelancaran dan keselamatan, utamanya keselamatan dan kemakmuran warga masyarakat secara keseluruhan. (whj)File Terkait:
----