TRADISI MERDI BUMI (SADRANAN) PASCA PANEN PADI DI DESA KEBAPANGAN
TRADISI MERDI BUMI (SADRANAN) PASCA PANEN PADI DI DESA KEBAPANGAN
Penyelenggaraan Merdi Bumi atau Sadranan merupakan tradisi tahunan yang digelar di Desa Kebapangan Kecamatan Poncowarno, pasca panen raya hasil pertanian tanaman Padi. Pelaksanaan merdi bumi atau sadranan tersebut biasanya di gelar pada malam hari dengan menampilkan kesenian tradisional lokal Tayub. Namun kegiatan kali ini dilaksanakan pada pagi hari Senin (03/08/2020) tanpa hiburan tayuban, karena kondisi Pandemi wabah Corona yang belum terkendali. Kegiatan kali ini diikuti seluruh warga Petani dari 5 (lima) pedukuhan yang ada di Desa Kebapangan Kecamatan Poncowarno dalam satu tempat/lokasi. Bertempat dirumah Pemangku Adat atau Kepala Desa (Kades) saat sekarang Lenjing Parman.
Hikmah yang bisa dipetik dari situasi saat ini, menurut Kepala Desa Kebapangan (Lenjing Parman) hasil pertanian khususnya tanaman Padi di Kebapangan menurun dan tidak sesuai dengan harapan para Petani. Hal ini dikarenakan, “Hasil panen Padi saat ini memang menurun, dikarenakan tanaman padi banyak terserang hama Wereng dan memasuki Musim Kemarau”, terang Kades Lenjing Parman.
Lebih lanjut Kades Lenjing Parman menyampaikan terkait pengamanan lingkungan dengan melakukan Ronda disetiap Pedukuhan. Dalam rangka memberi rasa aman di lingkungan masing-masing, warga masyarakat di Desa Kebapangan melaksanakan ‘Jogo Tonggo’ dengan melakukan Ronda untuk menciptakan suasana kondusifitas masyarakatnya, juga saling menjaga terhadap pencegahan wabah Virus Corona (Covid-19).
Pada kesempatan tersebut, hadir pula Sekcam Poncowarno (Drs.Puguh Sumbogo) didampingi Kasi Pelayanan Umum dan Kesos (Wahjoe B.Prasetijo,SE,MM.), memberikan ucapan selamat dan mengapresiasi kegiatan Merdi Bumi di Desa Kebapangan. Dalam sambutan Sekcam mewakili Camat Poncowarno, “Kami ikut ‘mangayu bagyo’ kepada warga masyarakat Desa Kebapangan yang telah melaksanakan Panen Padi tahun ini dan silahkan kegiatan Merdi Bumi yang sudah menjadi tradisi agar di ‘Uri-uri’ (dilestarikan), karena kegiatan ini merupakan potensi lokal yang patut dilestarikan dan dijaga sebagai pengkayaan budaya lokal yang hidup ditengah masyarakat di Desa Kebapangan”, tuturnya dikesempatan tersebut.
Selanjutnya beliau menegaskan, terkait pelaksanaan Merdi Bumi tersebut dari segi keamanan belum membolehkan menyelenggarakan Merdi Bumi dengan menggelar Kesenian seperti Tayuban, karena dikhawatirkan akan mengundang kerumunan dan kekhawatiran yang mana sangat berpotensi terjadi penyebaran Virus Corona yang tidak diketahui dibawa atau terbawa oleh siapa penyebabnya. Tapi yang pasti, esensi kegiatan ini digelar adalah rasa syukur kepada Allah SWT. atas karunia, nikmat terhadap hasil panen pertanian khususnya Padi yang melimpah. “Terkait kegiatan yang lain, seperti Peringatan HUT ke-75 RI praktis ditiadakan dan kalau memang mau menyelenggarakan, harus mematuhi protokol kesehatan dan pembatasan personal kehadiran, agar tidak mengundang kerumunan banyak orang”, jelas Drs.Puguh Sumbogo (Sekcam Poncowarno).
Hal tersebut diwujudkan dengan menyajikan Nasi Tumpeng kecil berbentuk Kerucut (Tumpeng Kenong) dengan wadah dari Daun Kelapa Muda (Janur) yang disebut Paseman, komplit dengan sayur, lauk dan ‘Jajan Pasar’. Tradisi tersebut harus ada pada acara Sadranan dan disajikan dihadapan setiap orang yang hadir. Makna yang tersirat dari Tumpeng Kenong diatas Paseman tersebut, seberapapun hasil panen Padi yang diperoleh (melimpah atau paceklik), semoga atas ridho Allah SWT. bisa memenuhi atau mencukupi kebutuhan para Petaninya. Kata ‘Paseman’, berarti hasil panennya dapat Pas/cukup, dan bisa memberikan rasa Aman pada pemenuhan terhadap kebutuhan bahan pokok pangan bagi seluruh warga masyarakat di Desa Kebapangan. (whj)